http://adinzxy.blogspot.com/ Untuk Animasi Blog Yang KEREN


SELAMAT DATANG IT MEDIA SOLUSI

Ayo Kunjungi IT Media Solusi di www.apa-apaan.co.cc / www.bandung-bisnis.co.cc

Ketikan Yang Pingin ANDA cari atau PELAJARI di SINI ?

Minggu, 19 Desember 2010

Pesta Ngarot

Daerah :Kabupaten Indramayu

Adalah merupakan upacara tradisional masyarakat Desa Lelea yang dilakukan pada saat tibanya musim menggarap sawah, yaitu menjelang musim hujan sekitar bulan Oktober sampai Desember. Adapun harinya telah ditetapkan yaitu hari Rabu yang dipercayai oleh masyarakat bahwa hari Rabu mempunyai sifat bumi yang cocok untuk mengawali musim tanam.
Ngarot berasal dari kata ”Nga – rot” (basa Sunda) yaitu istilah minum/ngaleueut. Adapun Kasinoman asal kata Sinom yaitu daun asam muda yang diartikan sekelompok muda-mudi yang dinamis dan kreatif.
Upacara Adat Ngarot dimulai seiak abad 17 M, yang pertama melaksanakan Upacara Adat Ngarot adalah salah seorang Tokoh masyarakat yang bernama Ki Kapol yang selanjutnya menjadi Kuwu Desa Lelea ke II setelah Cangga Wreni (Kuwu ke I). Sedangkan peninggalan Ki Kapol yang masih terpelihara hingga sekarang yaitu Sawah Kasinoman, sawah yang digarap oleh para Kasinoman (muda-mudi) dengan tujuan hasil dari sawah tersebut dijadikan biaya Upacara/pesta Ngarot tahun berikutnya.

Susunan Acara prosesi Upacara Adat Ngarot
1. Pembukaan
2. Pembacaan Sejarah Singkat NGAROT
3. Sambutan Kuwu Desa Lelea
4. Prosesi Penyerahan Peralatan Pertanian kepada Para Kasinoman
S. Pemukulan GONG/bareng oleh Kuwu sebagai tanda dimulainya Pesta Kasinoman.

Penjelasan Acara No.4:
1. Penyerahan Benih oleh Kuwu artinya :
Untuk ditanam sehingga dapat hasil panen yang melimpah.
2. Penyerahan Kendi berisi air putih oleh Ibu Kuwu artinya : Air tamba sebagai obat
dan penyubur tanarnan padi.
3. Penyerahan Cangkul oleh Raksa Bumi artinya : Agar mengolah sawah dengan sempurna
4. Penyerahan pupuk oleh Tua Desa artinya :
Agar tanaman padi tetap subur dan hasil panen yang melimpah.
S. Penyerahan Ruas Bambu Kuning. Daun Andong dan Kelararas Daun Pisang oieh Lebe artinya : Agar tanaman padi terhindar dari serangan hama

Upacara Adat Ngarot





Ngarot merupakan upacara adat sekaligus ajang mencari jodoh bagi masyarakat Lelea, Indramayu. Upacara ini selalu digelar pada bulan Desember. Setiap upacara digelar, para gadis dan pemuda berpakaian unik. Lalu berpawai mengelilingi desa.
Upacara Ngarot memang hanya terdapat Desa/Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu. Tradisi yang rutin digelar tiap bulan Desember ini terbilang unik. Sebagian masyarakat disana mempercayai bila Ngarot merupakan saat penting bagi para remaja untuk mendapatkan pasangan hidup. Jodoh yang didapat dari ritual Ngarot, konon sering membuat kekal pasangan suami istri. Tak heran bila setiap upacara ini digelar, banyak pemuda dan pemudi turut serta. Dan sebagian peserta selalu pulang dengan wa¬jah cerah dan hati berbunga-bunga.
Asal Mula Ngarot

Pada mulanya, upacara Ngarot dirintis oleh kuwu (kepala desa) pertama Lelea yang bernama Canggara Wirena, tahun 1686. Awalnya, upacara tersebut bukan diperuntukkan sebagai "pesta mencari jodoh" seperti yang terjadi sekarang. Ngarot yang menurut bahasa Sunda berarti minum, merupakan arena pesta minum-minum dan makan-makan di kantor desa sebelum para petani mengawali menggarap sawah. Tradisi itu dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bercocok tanam.

Kuwu Canggara Wirena sengaja mengadakan pesta Ngarot sebagai ungkapan rasa syukur kepa¬da tetua kampung bernama Ki Buyut Kapol, yang telah rela memberikan sebidang sawah seluas 26.100 m2. Sawah tersebut digunakan para petani untuk berlatih cara mengolah padi yang baik. Demikian pula bagi kaum wanitanya, sawah digunakan sebagai tempat belajar bekerja seperti tandur, ngarambet (menyiangi), pa¬nen padi, atau memberi konsumsi kepada para jejaka yang sedang berlatih mengolah sawah itu.

Dulu, upacara Ngarot bukanlah sarana mencari jodoh, melainkan arena pembelajaran bagi para pemuda agar pintar dalam ilmu pertanian. Akan tetapi perkembangannya, upacara Ngarot berkembang menjadi ajang mencari jodoh atau pasangan hidup.

Dihindari Janda-Duda

Sejak dulu, upacara yang hanya boleh diikuti para perjaka dan perawan. Upacara dimulai jam 8.30 dengan berkumpulnya para muda-mudi berpakaian warna warni di hala¬man rumah Kuwu. Mereka dengan wajah penuh keceriaan berduyun-duyun menuju ha¬laman rumah Pak Kuwu. Pakaian mereka indah-indah, dilengkapi aksesoris gemerlap, seperti kalung, gelang, giwang, bros, peniti emas, dan hiasan rambut. Untuk memikat hati para jejaki, para gadis selalu mengenakan ka¬camata dan kepalanya penuh di¬taburi bunga warna-warni seperti kenanga, melati, mawar dan kantil.

Upacara Ngarot ditandai dengan pawai arak-arakan sejumlah gadis dan perjaka desa. Para gadis berbusana kebaya yang didominasi warna merah, berkain batik, berselendang, dan rambut kepala dihias rangkaian bunga. Mereka lantas berjalan mengelilingi kampung. Sementara para jejaka tingting mengenakan baju pangsi warna kuning dan celana gombrang war¬na hitam, lengkap dengan ikat kepala, mengikuti di barisan belakang.

Seusai pesta pawai, semua peserta Ngarot masuk aula balai desa. Sambil duduk berhadap-hada¬an dan ditonton orang banyak, mereka dihibur dengan seni tradi¬sional tari Ronggeng Ketuk yang dimainkan penari wanita degan pasangan pria. Menurut warga, seni Ronggeng Ketuk dimaksudkan untuk ngabibita (menggoda) agar para jejaka dan gadis saling bepan¬dang-pandangan, untuk selanjutnya saling jatuh cinta.

Ketika para jejaka dan perawan bergembira ria, tidak halnya dengan kaum janda, duda dan remaja yang kehilangan keperawanan dan keperjakaannya. Pesta Ngarot merupakan upacara yang paling dihindari. Sebab bila mereka coba-coba menjadi peserta, bukan hanya aib yang bakal diterima, tapi juga malapetaka. Konon, jika seorang gadis tak perawan nekat mengikuti pawai arak-arakan Ngarot, maka bunga melati yang terselip di rambutnya, dengan sendirinya akan layu. Bila hal itu terjadi, maka si gadis akan mendapat aib karena sudah kehilangan kehormatan diri.

Tuah negatif untuk kaum janda berlaku pada saat berlangsung acara pokok Ngarot. Yakni ketika acara saling tatap mata dengan para jejaka. Wajah janda atau gadis tapi sudah tak perawan, meskipun sebelumnya berwajah cantik, tiba-tiba menjadi buruk rupa. Otomatis ia tidak akan mendapatkan pasangan. Bahkan yang lebih menakutkan, jika janda dan gadis tak perawan tadi nekat mengikuti upacara Ngarot, ia tak akan mendapat jodoh seumur hidup. Bagi kaum duda dan pemuda tak perjaka pun berlaku hal serupa.

Menurut warga di sana, sejak tahun 1990-an hingga sekarang, hampir 80 persen peserta Ngarot berhasil mendapatkan pasangan hidup menjalin rumah tangga dengan rukun. Namun belakangan, peserta Ngarot mulai menyusut. Anak remaja di Desa Lelea, kini sudah mulai enggan mengikuti pawai Ngarot. Entah apa penyebabnya. Akan tetapi, jika ingin mendapatkan jodoh yang masih “asli”, orang-orang tua di Indramayu menyarankan agar memilih peserta Ngarot.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"jam"